Usia boleh tua, tapi kalo urusan
tembak menembak, nenek ini jagonya. Iya, sang nenek bernama Chandro
Tomar yang sudah berusia 78 tahun masih memiliki pengelihatan yang
tajam dan menjadi petembak profesional tertua didunia.
Chandro Tomar terlihat seperti nenek-nenek pada umumnya. Ia berumur 78
tahun, punya 6 anak dan sangat menyayangi 15 cucunya. Tetapi jangan
salah! Rambut putih dan senyum ramahnya bisa membuatmu terjerumus.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Nenek Tomar diyakini merupakan
penembak jitu atau sniper profesional tertua di dunia. Nenek asal
Baghpat, Uttar Pradesh, India itu telah memenangi 25 kontes menembak
jitu nasional. Dan yang lebih mencengangkan, ia mulai memegang senapan
untuk pertama kalinya 10 tahun silam atau ketika umurnya 68 tahun.
Artinya dalam kurun waktu satu dekade ia mampu menguasai teknik
menembak jitu dengan fasih. Kalau Vasily Zaitsev masih hidup, mungkin
bakal ada adu tembak di antara mereka.
Semuanya bermula ketika Nenek Tomar
menemani cucu perempuannya ke sebuah klub menembak. Cucunya amat
tertarik dengan dunia ini namun ia malu untuk pergi sendirian. “Ketika
aku sedang menungguinya, aku memutuskan untuk mencoba,” ungkap nenek
renta itu. “Pelatih melihatku dan terkesima dengan bidikanku.” Setelah
itu ia pun berlatih secara teratur. Farooq Pathan mengatakan Nenek
Tomar amat mahir sampai-sampai tak ada pria yang berlatih secara
bersamaan karena takut dipermalukan. “Ia memiliki keahlian mumpuni,
tangan yang kokoh, dan mata yang tajam,” ujarnya.
Talenta yang dimiliki Nenek Tomar
tampaknya telah mendarah daging di dalam keluarganya. Seperti dikutip
dari BBC, Seema, salah satu putrinya adalah wanita India pertama yang
memenangi kejuaraan pistol dan senapan pada 2010. Sedangkan salah satu
cucunya, Neetu Solanki, merupakan penembak jitu internasional yang
mewakili India di kejuaraan yang berlangsung di negara-negara dunia
seperti Hungaria dan Jerman. Kedua perempuan itu mengaku kisah Tomar
telah menginspirasi mereka untuk semakin maju. “Ia begitu
mengagumkan,” ungkap Seema. “Jika ia bisa melakukannya, maka kami pun
pasti bisa. Ia memperlihatkan kepada kami bahwa segala sesuatu itu
bisa terjadi. Ia telah sangat membantu meningkatkan kehidupan kami.”
Neetu, cucu perempuannya, menambahkan bahwa di dalam masyarakat yang
didominasi oleh lelaki seperti di India, neneknya memberi harapan kepada
para generasi muda. “Para remaja putri mengatakan, ‘kalau nenek bisa,
kenapa kita tidak?’ Aku katakan pada mereka: bekerja keraslah dan
jagalah dagumu tetap ke atas dan kamu pasti akan bertualang ke banyak
tempat,” kata Neetu.